Terbongkar!, ini penyabab kecelakaan konstruksi pada proyek infrasruktur.
foto : kompas.com - Puslabfor mulai cari bukti insiden melorotnya cor-coran di Tol Becakayu, Rabu (21/2/2018)(Stanly Ravel) |
Didalam 3 tahun terakhir 2020, ada tercatat delapan kecelakaan yang terjadi di proyek-proyek infrastruktur di indonesia. Tujuh dari delapan kecelakaan tersebut terjadi dalam proyek pembangunan jalan tol, sementara satu kecelakaan dilaporkan terjadi saat pembangunan Light Rail Transit (LRT).
Berikut ini adalah delapan kasus konstruksi yang terjadi sejak Agustus 2017 :
- 4 Agustus 2017, tiang penyangga Light Rail Transit (LRT) Palembang jatuh, menyebabkan dua pekerja tewas.
- 22 September 2017, jembatan proyek pembangunan jalan tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) juga jatuh, menewaskan satu orang dan melukai dua orang.
- 29 Oktober 2017, girder proyek pembangunan jalan tol Paspor (Pasuruan-Probolinggo) jatuh, menyebabkan 1 pekerja tewas.
- 16 November 2017, crane proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II (elevated) jatuh.
- 30 Desember 2017, girder proyek pembangunan jalan tol Pemalang-Batang jatuh.
- 2 Januari 2018, girder terguling akibat benturan alat berat di tol Depok-Antasari.
- 20 Februari 2018, kepala tiang jembatan dalam bagian proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) ambruk.
- 16 Agustus 2019, konstruksi di proyek pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing Seksi IV, Jakarta Utara ambruk.
Kecelakaan konstruksi pada proyek infrastruktur terjadi disebabkan karena rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, pembangunan yang masih dilakukan secara sektoral juga ikut berkontribusi terhadap maraknya kecelakaan konstruksi.
dikutip dari laman kompas.com, Jumat, 6 November 2020, Guru Besar Universitas Pelita Harapan (UPH) Manlian Ronald A Simanjuntak, “Saya cermati ada dua hal (penyebab) kecelakaan konstruksi akhir-akhir ini, lemahnya kualitas SDM, bukan teknologi," Kata Manlian.
Ada dua hal mendasar yang mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan pada pengerjaan proyek konstruksi di indonesia :
Pertama : Pada segmen Sumber Daya Manusia, Budaya Pengerjaan konstruksi di Indonesia dinilai sangat lemah karena para pekerja kurang ketelitian, kurang kompeten, kurang waspada, dan tidak tekun.
Kedua : kecelakaan konstruksi terjadi karena pembangunan proyek infrastruktur masih sektoral.
Manlian melihat, pengerjaan proyek infrastruktur bagus dilakukan pada satu daerah.
Namun, saat melibatkan lintas daerah, baik antar-provinsi, antar-kabupaten/kota dinilai tidak mudah karena terbentur dengan banyak aturan masing-masing wilayah.
Hal ini karena belum ada aturan yang dapat menyinergikan dua belah pihak di daerah. Oleh karena itu, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mendatang diharapkan dapat menyinergikan pembangunan tersebut.
Manlian mengambil contoh, terdapat pembangunan jembatan melintas dari daerah A dan daerah B yang selama ini dikendalikan oleh pemda masing-masing.
Namun, ke depannya pembangunan jembatan tersebut harus saling bersinergi karena melintasi dua daerah.
Dengan demikian, peran LPJK masa mendatang diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau kegagalan konstruksi.
“Jadi, LPJK ke depan akan berkoordinasi dengan kepala daerah, antar gubernur untuk bersinergi yang selanjutnya akan berkoordinasi dengan bupati/wali kotanya,” pungkas Manlian. (sumber : kompas.com)